Profil 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI
Kamis 30 September 2021 11:44 WIB
SEBANYAK 6 jenderal dan seorang perwira TNI AD gugur dalam serangan yang dinamai Gerakan 30 September atau G30S PKI, yang terjadi pada 1965. Mereka yang gugur lantas ditetapkan sebagai pahlawan revolusi oleh presiden Soekarno. Berikut daftarnya.
Baca Juga:
--------------------------------------
Fakta-Fakta Peristiwa G30S PKI
--------------------------------------
Fakta Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI
--------------------------------------
S. Parman
Siswondo Parman, seorang perwira TNI AD ini lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Pada tahun 1962, Parman diberi tugas untuk menjadi Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) yang mengurusi bidang intelejen pada masa kepemimpinan Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat.
R. Soeprapto
Raden Soeprapto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920. Menurut laman Pusat Sejarah TNI, Soeprapto pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar Soedirman selama hampir 2 tahun. Hingga pada akhir Desember tahun 1950, ia diangkat sebagai Kepala bagian II di Staf Umum Angkatan darat.
Ahmad Yani
Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922. Kariernya dalam militer menorehkan banyak prestasi. Melansir laman resmi Pusat Sejarah TNI, Ahmad Yani dipercaya menjadi Komandan Operasi 17 Agustus untuk memberantas PRRI di Sumatera Barat. Karena keberhasilannya memberantas PRRI, ia menjadi dikenal dan menjadi sangat dekat dengan Presiden Soekarno. Ahmad Yani kemudian dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962.
Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922. Kariernya dalam dunia TNI AD menanjak setelah diberi mandat menjadi ajudan Gatot Soebroto di bulan Juni 1946. Pada 1961, Sutoyo mengemban jabatan penting sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama. Sutoyo menjadi salah satu perwira TNI AD yang dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September. Dirinya ditetapkan menjadi pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965, saat peringatan HUT TNI (ketika itu masih ABRI).
M.T Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono merupakan pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924. Dilansir dari Okezone, M.T Haryono pernah menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan jabatan terakhir yang diembannya adalah Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). M.T Haryono menjadi target PKI dan gugur akibat diberondong tembakan, karena menolak adanya Angkatan Kelima yang digagas oleh PKI.
D.I. Pandjaitan
Donald Isaac Pandjaitan merupakan putera Sumatera yang lahir di Balige, Tapanuli, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925. Pandjaitan mulai mengikuti kursus Militer Atase (Milat) pada 1956 dan ditugaskan di Bonn, Jerman Barat. Setelah kepulangannya dari Jerman, ia ditugaskan sebagai perwira diperbantukan di Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pierre Tendean
Pierre Andries Tendean adalah perwira TNI AD berpangkat Letnan Satu (Lettu). Ia lahir di Batavia, 21 Februari 1939. Dilansir dari buku ‘Sang Patriot’ yang merupakan buku biografi resmi dirinya, Pierre mengawali karier militer dengan menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat pada tahun 1958. Perjalanannya semakin cemerlang, ketika ia berhasil menyusup ke Malaysia dengan menyamar sebagai turis saat operasi Dwikora. Lanjutnya, Pierre didapuk menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution pada April 1965.
Selengkapnya simak dalam infografis profil pahlawan revolusi korban G30S PKI di atas ya!
Lihat Juga:
Kenang Sejarah, Ini 5 Museum Beken di Jakarta
Baca Juga:
--------------------------------------
Fakta-Fakta Peristiwa G30S PKI
--------------------------------------
Fakta Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI
--------------------------------------
S. Parman
Siswondo Parman, seorang perwira TNI AD ini lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Pada tahun 1962, Parman diberi tugas untuk menjadi Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) yang mengurusi bidang intelejen pada masa kepemimpinan Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat.
R. Soeprapto
Raden Soeprapto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920. Menurut laman Pusat Sejarah TNI, Soeprapto pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar Soedirman selama hampir 2 tahun. Hingga pada akhir Desember tahun 1950, ia diangkat sebagai Kepala bagian II di Staf Umum Angkatan darat.
Ahmad Yani
Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922. Kariernya dalam militer menorehkan banyak prestasi. Melansir laman resmi Pusat Sejarah TNI, Ahmad Yani dipercaya menjadi Komandan Operasi 17 Agustus untuk memberantas PRRI di Sumatera Barat. Karena keberhasilannya memberantas PRRI, ia menjadi dikenal dan menjadi sangat dekat dengan Presiden Soekarno. Ahmad Yani kemudian dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962.
Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922. Kariernya dalam dunia TNI AD menanjak setelah diberi mandat menjadi ajudan Gatot Soebroto di bulan Juni 1946. Pada 1961, Sutoyo mengemban jabatan penting sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama. Sutoyo menjadi salah satu perwira TNI AD yang dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September. Dirinya ditetapkan menjadi pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965, saat peringatan HUT TNI (ketika itu masih ABRI).
M.T Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono merupakan pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924. Dilansir dari Okezone, M.T Haryono pernah menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan jabatan terakhir yang diembannya adalah Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). M.T Haryono menjadi target PKI dan gugur akibat diberondong tembakan, karena menolak adanya Angkatan Kelima yang digagas oleh PKI.
D.I. Pandjaitan
Donald Isaac Pandjaitan merupakan putera Sumatera yang lahir di Balige, Tapanuli, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925. Pandjaitan mulai mengikuti kursus Militer Atase (Milat) pada 1956 dan ditugaskan di Bonn, Jerman Barat. Setelah kepulangannya dari Jerman, ia ditugaskan sebagai perwira diperbantukan di Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pierre Tendean
Pierre Andries Tendean adalah perwira TNI AD berpangkat Letnan Satu (Lettu). Ia lahir di Batavia, 21 Februari 1939. Dilansir dari buku ‘Sang Patriot’ yang merupakan buku biografi resmi dirinya, Pierre mengawali karier militer dengan menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat pada tahun 1958. Perjalanannya semakin cemerlang, ketika ia berhasil menyusup ke Malaysia dengan menyamar sebagai turis saat operasi Dwikora. Lanjutnya, Pierre didapuk menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution pada April 1965.
Selengkapnya simak dalam infografis profil pahlawan revolusi korban G30S PKI di atas ya!
Lihat Juga:
Kenang Sejarah, Ini 5 Museum Beken di Jakarta
