Harga Mi Instan di RI Bakal Naik Imbas Perang Rusia-Ukraina

Penulis: Bayu Airlangga , Ilustrasi: Jurnalis
Selasa 08 Maret 2022 10:43 WIB
Invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan harga sejumlah komoditas seperti emas, minyak mentah dan biji-bijian seperti gandum, kedelai, dan jagung.


Harga gandum berjangka Amerika Serikat naik ke level tertinggi dalam 14 tahun akibat para importir berebut pasokan menyusul penutupan pelabuhan di Ukraina dan gangguan pasokan dari Rusia Pada hari Kamis (03/03). Kedua negara tersebut memasok sekitar 29% ekspor gandum global.
Bagi Indonesia yang termasuk salah satu negara produsen dan konsumen mi instan terbesar di dunia, volatilitas harga ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada harga akhir mi instan yang harus ditanggung konsumen.
Mengantisipasi lonjakan harga gandum di pasar internasional, Gabungan Pengusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mulai menyiapkan sejumlah alternatif. Mulai dari mencari pasokan impor dari negara lain, hingga kemungkinan menaikan harga makanan berbahan utama gandum.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan bahwa tahun 2021 Indonesia mengimpor gandum utamanya dari Australia yakni sebanyak 40,9% dan dari Ukraina 26,8%.
"Jika krisis ini berlangsung panjang, maka Indonesia harus mencari alternatif pemasok lain yang tentu sama akan dilakukan oleh negara lain," kata Adhi S. Lukman dikutip DW Indonesia, Senin (7/3/2022).
Naikkan harga jual jadi jalan terakhir
Adhi mengakui bahwa terhadap bidang industrinya di Indonesia saat ini, krisis Rusia dan Ukraina belum berpengaruh besar meskipun pasar spot sudah bergejolak akibat pengaruh psikologis. Namun, para pengusaha berharap krisis Rusia dan Ukraina tidak berlangsung lama sehingga keadaan pasar akan kembali normal seperti sebelum krisis.
 
"Stok gandum Indonesia diperkirakan cukup untuk 2 bulan ke depan. Sementara pengusaha masih wait and see, dan tetap berharap perang segera berakhir sehingga tidak berdampak besar," terangnya.