Gejala HIV-AIDS dan Cara Penularannya

Penulis: Bayu Airlangga , Ilustrasi: Jurnalis
Jum'at 26 Agustus 2022 14:12 WIB
KABAR mengejutkan datang dari Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 414 mahasiswa di kota kembang itu terdeteksi positif HIV. Jumlah itu sekitar 7 persen dari jumlah kasus HIV keseluruhan di Bandung.
 
BACA JUGA:5 Selebriti Meninggal Akibat HIV AIDS
 
Perlu diketahui, WHO mencatat pada tahun 2020 sebanyak 37,7 juta warga dunia sedang mengidap HIV-AIDS. Di Indonesia, data terakhir sampai Maret 2021, seperti dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 25 Mei 2021, menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 558.618 yang terdiri atas 427.201 HIV dan 131.417 AIDS.
Di samping itu, penderita HIV-AIDS yang berujung meninggal dunia di tahun 2020 sebanyak 680 ribu jiwa. HIV-AIDS tak hanya bisa terjadi pada wanita, namun juga pada pria.
Gejala yang ditimbulkan pun memiliki sedikit perbedaan. Dirangkum Okezone pada Jumat (26/08/2022), berikut sederet gejala HIV-AIDS pada pria yang penting untuk diketahui.
 
BACA JUGA:Kasus Pertama AIDS di Indonesia
 
1. Dorongan seks rendah
Ini adalah tanda hipogonadisme, yang disebabkan oleh kurangnya hormon seks testosteron dan terkait dengan HIV. Hipogonadisme juga dapat menyebabkan:
 - Disfungsi ereksi
 - Kelelahan
 - Depresi
 - Infertilitas
 - Kurangnya pertumbuhan rambut di wajah dan tubuh
 - Pertumbuhan jaringan payudara
3. Luka pada Mr.P
Tanda umum HIV adalah nyeri, luka terbuka atau bisul di mulut dan kerongkongan. Pada pria, luka ini juga bisa muncul di anus atau penis dan bisa berulang.
4. Disuria
Ini mungkin merupakan gejala penyakit menular seksual atau radang kelenjar prostat (prostatitis). Kadang-kadang disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejala lain dari prostatitis meliputi:
- Sakit saat ejakulasi
- Buang air kecil lebih sering dari biasanya
- Urine keruh atau berdarah
- Nyeri pada kandung kemih, testis, penis atau area antara skrotum dan rektum
- Nyeri di punggung bagian bawah, perut atau selangkangan
 
Cara penularan virus HIV yang paling sering terjadi yaitu:
1. Seseorang melakukan kontak seksual yang berisiko tanpa menggunakan kondom dengan ODHA.
2. Kontak dengan darah atau cairan yang terinfeksi, melalui tusukan jarum dan alat suntik yang tidak steril, pemakaian jarum suntik secara bersama, dan produk darah yang terkontaminasi.
3. Penularan dari ibu dengan HIV ke bayi, pada masa kehamilan, persalinan dan saat menyusui.
4. Cara lain yang lebih jarang seperti tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan, tindakan medis semi invasif yang pada prinsipnya tidak menggunakan alat yang sekali pakai dan tidak steril.